Senin, 05 Agustus 2013

Smile in the dark

             Berdiri diantara kerumunan orang yang hilir mudik kesana kemari. ku menunggu terduduk di pinggir halte yang mulai usang sepulang sekolah. aku hanya tertegun miris menyaksikan sekitarku yang penuh dengan canda dan tawa mereka. ku ucap dalam hati hanya satu kalimat " tuhan, aku ingin seorang teman" hatiku semakin menangis terluka karena, apa kau tahu saat aku mencoba tersenyum di saat itulah aku memendam luka. luka yang ku obati sendiri tanpa orang lain yang membantu. luka, luka itu yang ku simpan tanpa orang tahu setiap hari aku menjerit kesakitan karna sebuah kata "sepi" yang tanpa batas berkecamuk dalam hati dan pikiranku.
              Aku hanya ingin hentikan waktu dan menangis terisak sendiri. seakan ku ingin memeluk seseorang. dan berkata bahwa aku lelah, lelah hanya melewati waktuku sendiri seperti sebuah kaktus yang berdiri sendiri di tengah ganasnya terik mentari.
              Sampai ku kembali merengek pada Tuhan. sesekali aku ingin hilang sebentar memasuki ruang hampa berteriak untuk melepaskan sebagian luka dan beban dalam pikiranku. sampai akhirnya tuhan memberiku jawaban. jawaban yang sangat ingi aku lihat dan dengar.
              Aku mungkin dapat tersenyum kembali dalam tangisku yang sama sekali tanpa ekspresi. aku bersyukur Tuhan memberiku banyak sekali orang-orang yang sangat baik yang tak henti menyayangiku tanpa batas.
Ini, ini adalah salah satu alasan untuk aku tetap menjalani hidup meski harus tersenyum di dalam kegelapan.

Jumat, 02 Agustus 2013

What this???



what this ???
30 Juni 2013 pukul 4:17
Assalamualaikum :) mau nyoba nulis sesuatu nih. Tapi, sesuatunya masih amatiran
I  THINK   ……………………………….

INI CUMA SEBUAH PEMIKIRAN YANG MUNGKIN AKAN BERBEDA JIKA KITA MELIHATNYA DARI INDIVIDUAL YANG BERBEDA.
OK, LET’S  READ
BEGIN:)

Hanya sebuah tulisan yang ingin aku tulis di secarik kertas ini. Ku goreskan huruf demi huruf yang ingin aku tuangkan di sini. Bukan tentang aku, seseorang atau yang lainnya. Aku hanya mentitahkan lenganku bergerak dan jari jemariku ini mulai merapal pena bertintakan hitam.

Ku gerakan pena ini sesuai dengan apa yang ada di relung pemikiranku. Setiap kata kutulis dengan kesungguhan hati bagaikan bahasa sastra yang penuh dengan pengandaian dari beberapa majas yang tertera.
Aku tak pandai menulis syair atau sajak yang mampu menyanjung setiap  pembacanya. Ya, karena aku bukan seorang penyair yang mampu membuat alunan kata-kata laksana air terjun Niagara.

Entah apa yang menggerakanku untuk menulis hal lucu ini. Akupun masih terheran dengan apa yang aku lakukan.
Aku hanya ingin menulis apa yang aku pikirkan, aku rasakan,aku bayangkan semua tentang apa yang ada dan selalu muncul di dasar pikiranku
Karena saat menulis ku rasakan bahagia seperti memilki sebuah teman yang tak nyata tapi bisa ku sentuh keberadaannya.

Saat aku pikir, aku membutuhkan seseorang yang mendengarkan aku. Tak ada mereka di sisiku itu selalu membuatku bersedih tak kala rasa sepi mulai menjangkit dan hinggap di ragaku .
Rasanya aku ingin menangis karena memang sepi itu menyakitkan. Merubahku menjadi sosok yang mungkin bagai seseorang yang sudah lama di kutub utara membeku ratusan tahun dan sulit untuk mencair meskipun aku berada di gurun sahara yang teramat tandus tanpa air setetespun.

Rasa sepi itu membunuh pikiranku sampai akhirnya aku mengekspresikannya melalui sebuah seni yang aku rasa ini, cukup menjadi obat untuk aku yang memang sudah lama terkurung dalam piramida tanpa celah.
Menempatkan semua orang yang berarti di hatimu. Ya dihatimu, maka dirimu tak akan sepi lagi. Meskipun cara ini adalah membunuh pikiranmu tapi ku pikir jika kau semakin seperti itu maka hidup yang kau lalui tidak ada prospektifnya kedepan hanya akan menjadi seseorang yang selalu fluktuatif tak menentu dan tak mempunyai orientasi hidup.
Mungkin saja ini hanya sebuah pemikiranku yang belum tentu sama jika sudut pandangnya di lihat dari individu lain.

Hanya saja hal yang aku lakukan ini adalah bagaimana melihat dunia dari sisi yang berbeda. Mengubah sesuatu yang orang lain anggap itu mustahil maka aku akan membuatnya nyata.
Ini tampak seperti sebuah pemaksaan yang memang jelas-jelas di lakukan. Tapi, jika rasa sepi itu membuatmu terluka maka hatimu juga yangakan merasakannya dan dari rasa sepi itu pasti menjalar pada kata kata yang sering kita ucapkan di kalangan remaja “galau”.

Kata yang sangat singkat namun, berdampak nyata pada hidupmu dan sepertinya ini memang sudah menjadi kata-kata yang memang lumrah untuk kita ucapkan.
Tapi apa kau tahu. Galau bisa diartikan sebagai hati yang sakit dan hati yang rusak. Hey, apa kau mau hatimu di sakiti galau atau dirusak oleh rasa galau.

Oh, no…..no…..no….. itu sih gak banget. Tega banget kan itu yang namanya galau. Galau itu bisa buat kita merasa bahwa hidup ini membosankan. Hey, dengarkan aku! Saat kita bernafas dan masih bisa melihat dunia apa itu bukan suatu keindahan dan suatu wujud rasa syukur kita akan tuhan yang telah menciptakan kita di dunia. Apanya yang membosankan! Coba pikir lagidengan mendasar.

Aku ini masih labil sepertinya. Aku saja sering merasa seperti itu. Tapi apa kau tahu kita bisa mengendalikannya. Dengan cara bagaimana kita mendefinisikan hidup dan apa orientasi hidup kita.
Tentu saja, kita mungkin bukan zat yang mudah terlarut dalam suatu kata “galau” seperti  system koloid di pelajaran kimia. Tapi kita seharusnya menjadi system suspensi layaknya air dan minyak yaitu di mana kita dan galau tidak akan pernah menyatu.

Dan sampai di sini ngebahas tentang ‘’GALAU” nya soalnya penulisnya juga lagi agak galau dan sedikit labil, what ! mungkin :D hehe





seandainya

Seandainya aku di perlakukan selayaknya dicintai mungkin akan sangat bahagia. Tanpa lagi harus mencari, mengetik pesan bertanya tentang kaba...