Berdiri diantara kerumunan orang yang hilir mudik kesana kemari. ku menunggu terduduk di pinggir halte yang mulai usang sepulang sekolah. aku hanya tertegun miris menyaksikan sekitarku yang penuh dengan canda dan tawa mereka. ku ucap dalam hati hanya satu kalimat " tuhan, aku ingin seorang teman" hatiku semakin menangis terluka karena, apa kau tahu saat aku mencoba tersenyum di saat itulah aku memendam luka. luka yang ku obati sendiri tanpa orang lain yang membantu. luka, luka itu yang ku simpan tanpa orang tahu setiap hari aku menjerit kesakitan karna sebuah kata "sepi" yang tanpa batas berkecamuk dalam hati dan pikiranku.
Aku hanya ingin hentikan waktu dan menangis terisak sendiri. seakan ku ingin memeluk seseorang. dan berkata bahwa aku lelah, lelah hanya melewati waktuku sendiri seperti sebuah kaktus yang berdiri sendiri di tengah ganasnya terik mentari.
Sampai ku kembali merengek pada Tuhan. sesekali aku ingin hilang sebentar memasuki ruang hampa berteriak untuk melepaskan sebagian luka dan beban dalam pikiranku. sampai akhirnya tuhan memberiku jawaban. jawaban yang sangat ingi aku lihat dan dengar.
Aku mungkin dapat tersenyum kembali dalam tangisku yang sama sekali tanpa ekspresi. aku bersyukur Tuhan memberiku banyak sekali orang-orang yang sangat baik yang tak henti menyayangiku tanpa batas.
Ini, ini adalah salah satu alasan untuk aku tetap menjalani hidup meski harus tersenyum di dalam kegelapan.
Senin, 05 Agustus 2013
Jumat, 02 Agustus 2013
What this???
what
this ???
30 Juni 2013 pukul 4:17
Assalamualaikum :) mau nyoba nulis
sesuatu nih. Tapi, sesuatunya masih amatiran
I THINK ……………………………….
INI CUMA SEBUAH PEMIKIRAN YANG
MUNGKIN AKAN BERBEDA JIKA KITA MELIHATNYA DARI INDIVIDUAL YANG BERBEDA.
OK, LET’S READ
BEGIN:)
Hanya sebuah tulisan yang ingin
aku tulis di secarik kertas ini. Ku goreskan huruf demi huruf yang ingin
aku tuangkan di sini. Bukan tentang aku, seseorang atau yang lainnya. Aku
hanya mentitahkan lenganku bergerak dan jari jemariku ini mulai merapal
pena bertintakan hitam.
Ku gerakan pena ini sesuai dengan
apa yang ada di relung pemikiranku. Setiap kata kutulis dengan kesungguhan hati
bagaikan bahasa sastra yang penuh dengan pengandaian dari beberapa majas yang
tertera.
Aku tak pandai menulis syair atau
sajak yang mampu menyanjung setiap pembacanya. Ya, karena aku bukan seorang
penyair yang mampu membuat alunan kata-kata laksana air terjun Niagara.
Entah apa yang menggerakanku untuk
menulis hal lucu ini. Akupun masih terheran dengan apa yang aku lakukan.
Aku hanya ingin menulis apa yang aku
pikirkan, aku rasakan,aku bayangkan semua tentang apa yang ada dan selalu
muncul di dasar pikiranku
Karena saat menulis ku rasakan
bahagia seperti memilki sebuah teman yang tak nyata tapi bisa ku sentuh
keberadaannya.
Saat aku pikir, aku membutuhkan
seseorang yang mendengarkan aku. Tak ada mereka di sisiku itu selalu membuatku
bersedih tak kala rasa sepi mulai menjangkit dan hinggap di ragaku .
Rasanya aku ingin menangis karena
memang sepi itu menyakitkan. Merubahku menjadi sosok yang mungkin bagai
seseorang yang sudah lama di kutub utara membeku ratusan tahun dan sulit untuk
mencair meskipun aku berada di gurun sahara yang teramat tandus tanpa air
setetespun.
Rasa sepi itu membunuh pikiranku
sampai akhirnya aku mengekspresikannya melalui sebuah seni yang aku rasa ini,
cukup menjadi obat untuk aku yang memang sudah lama terkurung dalam piramida
tanpa celah.
Menempatkan semua orang yang berarti
di hatimu. Ya dihatimu, maka dirimu tak akan sepi lagi. Meskipun cara ini
adalah membunuh pikiranmu tapi ku pikir jika kau semakin seperti itu maka hidup
yang kau lalui tidak ada prospektifnya kedepan hanya akan menjadi seseorang yang
selalu fluktuatif tak menentu dan tak mempunyai orientasi hidup.
Mungkin saja ini hanya sebuah
pemikiranku yang belum tentu sama jika sudut pandangnya di lihat dari individu
lain.
Hanya saja hal yang aku lakukan ini
adalah bagaimana melihat dunia dari sisi yang berbeda. Mengubah sesuatu yang
orang lain anggap itu mustahil maka aku akan membuatnya nyata.
Ini tampak seperti sebuah pemaksaan
yang memang jelas-jelas di lakukan. Tapi, jika rasa sepi itu membuatmu terluka
maka hatimu juga yangakan merasakannya dan dari rasa sepi itu pasti menjalar
pada kata kata yang sering kita ucapkan di kalangan remaja “galau”.
Kata yang sangat singkat namun,
berdampak nyata pada hidupmu dan sepertinya ini memang sudah menjadi kata-kata
yang memang lumrah untuk kita ucapkan.
Tapi apa kau tahu. Galau bisa
diartikan sebagai hati yang sakit dan hati yang rusak. Hey, apa kau mau hatimu
di sakiti galau atau dirusak oleh rasa galau.
Oh, no…..no…..no….. itu sih gak
banget. Tega banget kan itu yang namanya galau. Galau itu bisa buat kita
merasa bahwa hidup ini membosankan. Hey, dengarkan aku! Saat kita bernafas dan
masih bisa melihat dunia apa itu bukan suatu keindahan dan suatu wujud rasa
syukur kita akan tuhan yang telah menciptakan kita di dunia. Apanya yang
membosankan! Coba pikir lagidengan mendasar.
Aku ini masih labil sepertinya. Aku
saja sering merasa seperti itu. Tapi apa kau tahu kita bisa mengendalikannya.
Dengan cara bagaimana kita mendefinisikan hidup dan apa orientasi hidup kita.
Tentu saja, kita mungkin bukan zat
yang mudah terlarut dalam suatu kata “galau” seperti system koloid di
pelajaran kimia. Tapi kita seharusnya menjadi system suspensi layaknya air dan
minyak yaitu di mana kita dan galau tidak akan pernah menyatu.
Dan sampai di sini ngebahas tentang
‘’GALAU” nya soalnya penulisnya juga lagi agak galau dan sedikit labil, what !
mungkin :D hehe
Langganan:
Postingan (Atom)
seandainya
Seandainya aku di perlakukan selayaknya dicintai mungkin akan sangat bahagia. Tanpa lagi harus mencari, mengetik pesan bertanya tentang kaba...
-
Asal Usul Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus dari Halmahera. ...
-
Gamang.. Aku resah perasaan ku dimana Aku tak tau ada apa Aku bingung Jadi sepertinya rasa cintaku menghilang Entah mesti berjalan atau berh...
-
Tahun ini anniv 2tahun kita bertemu, hari ini kita membuat komitmen bersama tepat 10 april 2019.... Aku sadar waktu begitu cepat, semoga sa...