Senin, 05 Agustus 2013

Smile in the dark

             Berdiri diantara kerumunan orang yang hilir mudik kesana kemari. ku menunggu terduduk di pinggir halte yang mulai usang sepulang sekolah. aku hanya tertegun miris menyaksikan sekitarku yang penuh dengan canda dan tawa mereka. ku ucap dalam hati hanya satu kalimat " tuhan, aku ingin seorang teman" hatiku semakin menangis terluka karena, apa kau tahu saat aku mencoba tersenyum di saat itulah aku memendam luka. luka yang ku obati sendiri tanpa orang lain yang membantu. luka, luka itu yang ku simpan tanpa orang tahu setiap hari aku menjerit kesakitan karna sebuah kata "sepi" yang tanpa batas berkecamuk dalam hati dan pikiranku.
              Aku hanya ingin hentikan waktu dan menangis terisak sendiri. seakan ku ingin memeluk seseorang. dan berkata bahwa aku lelah, lelah hanya melewati waktuku sendiri seperti sebuah kaktus yang berdiri sendiri di tengah ganasnya terik mentari.
              Sampai ku kembali merengek pada Tuhan. sesekali aku ingin hilang sebentar memasuki ruang hampa berteriak untuk melepaskan sebagian luka dan beban dalam pikiranku. sampai akhirnya tuhan memberiku jawaban. jawaban yang sangat ingi aku lihat dan dengar.
              Aku mungkin dapat tersenyum kembali dalam tangisku yang sama sekali tanpa ekspresi. aku bersyukur Tuhan memberiku banyak sekali orang-orang yang sangat baik yang tak henti menyayangiku tanpa batas.
Ini, ini adalah salah satu alasan untuk aku tetap menjalani hidup meski harus tersenyum di dalam kegelapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

seandainya

Seandainya aku di perlakukan selayaknya dicintai mungkin akan sangat bahagia. Tanpa lagi harus mencari, mengetik pesan bertanya tentang kaba...